Mayjen, TNI. AD.Dr.Totok Imam Santoso : FBN -RI Bukan Afiliasi Partai Politik Yang Dukung 8 Asta-cita

Jakarta. Ontimenusantara.com- Forum Bela Negara Republik Indonesia atau FBN-RI salah satu bidang keforuman yang membela negara, dalam hal ini mendukung 8 Asta-Cita Presiden Republik Indonesia Prabowo-Gybran.

Dalam sambutannya, Mayjen.TNI.AD.Dr.Totok Imam Santoso didepan ratusan anggota FBN-RI menyampaikan, kita berharap anggota FBN-RI ini bagian dari pertahanan kita, TNI dan masyarakat harus bersatu untuk mempertahankan negara kita.

“Kita jangan puas hanya sampai di sini, kita harus rangkul generasi muda kita agar dapat mengikuti jejak kita. Dengan kondisi geopolitik yang sekarang ini kurang baik maka perlu sampaikan juga kepada generasi muda turut serta berperan dalam menjaga negara kita,”tegasnya di Graha Zeni Angkatan Darat, Matraman, Salemba, Jakarta. 1/7/25

Di tempat yang sama, ketua umum FBN-RI, Prof.Dr.Ir. Zainal Abidin Sahabuddin, M.M., ,mengatakan,

“Bahwa FBN-RI mendukung program presiden pak Prabowo-Gybran dalam hal, Makan Bergizi Gratis atau MBG. Melalui kerjasama dengan perusahaan puput dan makanan serta memanfaatkan lahan kosong milik pemerintah yang akan kita kelola,”ujarnya.1/7/25

Mayjen.TNI.AD.Dr, Totok Imam Santoso sebagai Wakil Rektor Universitas Pertahanan Indonesia ini juga secara detail menyampaikan, bahwa FBN-RI bagian dari dukungan terhadap 8 Asta-cita Bapak Presiden Prabowo-Gybran.

Melalui layar Slide monitor memaparkan 8 Asta-cita yaitu sebagai berikut :

1.Penguatan Ideologi Pancasila, Demokrasi, dan Hak Asasi Manusia (HAM)
Poin pertama ini menekankan kembali pentingnya Pancasila sebagai dasar negara yang bukan hanya menjadi simbol, tetapi juga nilai-nilai kehidupan. Di dunia kampus, ini menjadi panggilan untuk terus mengembangkan budaya berpikir kritis, dialog terbuka, dan penghargaan terhadap hak individu. Mahasiswa harus dididik untuk menjadi warga negara yang tidak hanya cerdas secara intelektual, tetapi juga matang secara moral dan ideologi.
Secara analitis, penguatan nilai-nilai ideologis ini menjadi benteng pertahanan menghadapi disrupsi informasi dan ideologi transnasional. Di era digital yang penuh polarisasi, kampus harus menjadi ruang penguatan nilai kebangsaan yang inklusif dan adaptif. Kurikulum dan praktik akademik perlu lebih serius membumikan nilai-nilai demokrasi dan HAM dalam kehidupan sehari-hari.

2. Penguatan Pertahanan dan Keamanan Nasional
Kondisi global yang terus berubah menuntut Indonesia memperkuat ketahanan nasional. Namun perlindungan tidak selalu soal militer. Dunia pendidikan juga memiliki peran penting dalam membentuk ketahanan sosial dan budaya. Lembaga pendidikan dapat berkontribusi melalui penelitian keamanan siber, pelatihan bela negara, dan pendidikan karakter yang kuat.
Pendekatan non-militer dalam penguatan benteng menjadi semakin relevan. Ancaman kini lebih banyak bersifat asimetris, seperti radikalisme digital, perang informasi, dan ancaman siber. Oleh karena itu, kampus harus mengembangkan pusat kajian dan inovasi perlindungan yang melibatkan ilmu multidisiplin untuk menciptakan solusi strategi.

3. Pencipta Lapangan Kerja Berkualitas dan Pengembangan Kewirausahaan
Bonus demografi Indonesia dapat menjadi peluang emas jika dikelola dengan baik. Asta Cita mendorong penciptaan lapangan kerja yang tidak hanya banyak, tetapi juga berkualitas. Kampus perlu mendorong mahasiswa untuk berpikir sebagai pencipta lapangan kerja, bukan hanya pencari kerja. Inkubator bisnis, pelatihan kewirausahaan, dan kerja sama dengan industri adalah bentuk implementasi nyatanya.
Dalam perspektif pembangunan jangka panjang, fokus pada kewirausahaan akan menumbuhkan ekonomi rakyat yang berkelanjutan. Pemerintah perlu memberikan insentif dan regulasi yang mendukung ekosistem startup. Di sisi lain, kurikulum pendidikan tinggi juga perlu menyisipkan pelajaran ekonomi kreatif, teknologi finansial, dan pemasaran digital.

4. Pengembangan Sumber Daya Manusia dan Kesetaraan Gender
SDM adalah kunci daya saing bangsa. Asta Cita mengajak seluruh elemen bangsa memperkuat pendidikan, pelatihan kejuruan, serta memberikan ruang yang setara bagi laki-laki dan perempuan untuk berkembang. Kampus menjadi lokomotif utama dalam melahirkan SDM unggul yang adaptif terhadap perubahan zaman. Kesetaraan gender juga harus diterapkan bukan hanya dalam teori, tetapi dalam praktik kampus sehari-hari.
Secara strategis, investasi pada pendidikan vokasi dan teknologi harus dipadukan dengan pembudayaan nilai-nilai inklusivitas. Dalam konteks globalisasi dan digitalisasi, pengembangan SDM tidak lagi cukup hanya dengan hard skill, tetapi juga soft skill, literasi digital, dan kompetensi multikultural.

5. Hilirisasi dan Industrialisasi untuk Nilai Tambah Ekonomi
Indonesia tidak boleh terus bergantung pada ekspor bahan mentah. Asta Cita mengarahkan agar sumber daya alam dikelola di dalam negeri untuk memberikan nilai tambah ekonomi. Mahasiswa di bidang teknik, pertanian, hingga ekonomi harus didorong untuk berinovasi dalam teknologi pengolahan, manajemen industri, dan pengembangan produk kreatif.
Hilirisasi yang sukses akan memperkuat ketahanan ekonomi nasional. Namun proses ini harus inklusif dan berbasis keberlanjutan. Dunia pendidikan berperan penting dalam mencetak SDM teknis dan manajerial yang memahami industri 4.0, keberlanjutan lingkungan, serta tata kelola rantai pasok global.

6. Pembangunan dari Desa untuk Pemerataan Ekonomi
Desa bukan objek pembangunan, melainkan subjek yang harus diperkuat. Asta Cita keenam ini mendorong pendekatan partisipatif dan berbasis komunitas. Kampus melalui program KKN dan pengabdian masyarakat dapat menjadi jembatan dalam mentransfer pengetahuan dan teknologi ke desa-desa, mempercepat tumbuhnya ekonomi lokal yang mandiri dan berkelanjutan.
Penguatan desa membutuhkan integrasi antara kebijakan fiskal, infrastruktur, dan SDM lokal. Kampus bisa mendorong pendekatan riset aksi (action research) dalam melihat potensi dan masalah di desa, sehingga pembangunan menjadi lebih kontekstual, berkelanjutan, dan berbasis data.

7. Reformasi Politik, Hukum, dan Birokrasi serta Pemberantasan Korupsi dan Narkoba
Pembangunan yang baik membutuhkan tata kelola yang bersih dan adil. Asta Cita menekankan pentingnya reformasi menyeluruh di sektor politik dan hukum. Kampus memiliki peran strategis sebagai ruang literasi hukum, demokrasi, dan etika publik. Generasi muda harus terus diajak memahami mekanisme hukum dan tata kelola pemerintahan yang transparan.
Tantangan utama dalam reformasi adalah implementasi dan konsistensi. Di sinilah lembaga pendidikan dapat menjadi pengawal moral sekaligus mitra kritis pemerintah. Penguatan klinik hukum, forum debat politik, dan jejaring advokasi mahasiswa harus terus diperkuat sebagai bentuk partisipasi aktif dalam membangun tata kelola yang sehat.

8. Harmoni Lingkungan, Budaya, dan Toleransi Beragama
Indonesia adalah negara yang kaya budaya, plural secara agama, dan penuh potensi alam. Asta Cita menutup visi pembangunan ini dengan tekad menjaga harmoni. Pendidikan lingkungan, pelestarian seni dan budaya lokal, serta penguatan nilai-nilai toleransi harus terus diarusutamakan dalam kurikulum dan kegiatan kampus.
Isu keberlanjutan dan toleransi kini menjadi indikator penting dalam peradaban modern. Kampus perlu merancang program edukasi lintas agama, riset sosial-budaya, dan gerakan hijau yang berbasis komunitas mahasiswa. Harmoni harus menjadi praktik hidup sehari-hari, bukan sekadar slogan seremonial.

(Iwan Ht)